Minggu, 04 November 2007

KORELASI ANTARA FREKUENSI MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN ”NARUTO” DI GLOBAL TV DENGAN PERILAKU ANAK

KORELASI ANTARA FREKUENSI MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN ”NARUTO” DI GLOBAL TV DENGAN PERILAKU ANAK

Oleh: Deka Pramana, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Pesertya mata kuliah Sosiologi Komunikasi
NIM: 20060530043, Klas:E. Dosen: Mas Fajar Junaedi, S. Sos, M. Si
Seperti yang telah kita ketahui kebutuhan kita terhadap media massa sngatlah besar. Dan media sudah menjadi bagian dari diri kita yang sangat berguna kebutuhannya. Media massa diibaratkan sebagai sayur tanpa garam di dunia ini, bagaimana tidak karena medialah yang membuat kita berpikir maju dan lebih dinamis dengan kehidupan kita. Di Indonesia sendiri banyak media massa yang masih bertahan dan maju dengan keadaan zaman, baik media lama maupun media baru. Media lama seperti pamlet, TV, Radio, Koran, Majalah dan media baru seperti Internet, WAP, TV satelit, dll. Kadang dengan munculnya media-media baru semakin tersingkirnya pula media-media yang lama. Walaupun demikian media lama lebih semakin cerdik untuk berkembang agar tetap menjadi
bagian dari kebutuhan kita.
Televisi adalah media massa lama yang menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia karena sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan control social serta adanya gambar dan suara secara bersamaan, cepat bahkan dapat disiarkan langsung/live dan semakin dekat dengan masyarakat. Sebagai media massa, tayangan televise memungkinkan ditonton anak-anak termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa, seperti tayangan sinetron tentang gaya pacaran anak muda dizaman sekarang. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak. Tayangan televise anak tidak akan dapat di pisahkan dengan film kartun. Karena genre film ini sangat popular di lingkungan mereka, bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang menyukai ini.
Film kartun masih sangat didominasi oleh produk film import. Tokoh seperti The simson, transformer, Dora, Tom and Jerry yang begitu akrab dikalangan anak-anak. Begitu pula dengan film kartun seperti Avantar, Doraemon, Dragon Ball, Sincan, Conan, Naruto dst yang sangat mendominasi tayangan televisi kita. Sayangnya dibalik keakraban tersebut tersembunyi adanya ancaman, terutama untuk kalangan anak-anak.
Jika kita perhatikan dalam film kartun yang bertemakan tentang kepahlawanan, seperti tayangan “Naruto” di Global TV yang dikepalai oleh Harita Sudibyo. Dalam penayangannya yang berceritakan tentang perkelahian antara tokoh utama dengan musuh-musuh yang lain. Ini tersirat bahwa kekerasan di balas dengan kekerasan, alasannya simple agar tokoh utamanya tidak dianggap lemah atau kalahan” kata orang jogja. Begitu pula dengan kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara-cara yang sama, seperti memukul, menendang, menusuk dengan pisau yang kerap sekali dengan mengeluarkan darah agar tayangan tersebut lebih terlihat sangar, bagus dan lebih menarik. Sedangkan dampak dari tayangan tersebut anak-anak sering berbuat, berfikir maupun berperilaku aneh, seperti berkelahi, pendendam, ngeyel dll. Seharusnya para orang tualah yang harus memperhatikan tayangan-tanyangan televise yang dianggap pantas untuk ditonoton atau pantas untuk di konsumsi oleh kalangan anak-anak yang masih sangat gampang terpengaruh oleh hal tersebut. Kadang kala orang tua lalai dalam memperhatikan tanyangan yang ditonoton, entah mereka sedang bekerja atau sedang pergi meninggalkan anak-anak mereka yang berada di rumah tanpa ada yang memperhatikan.
Menurut teori massanya Gerhart wiebe menyatakan” Tindakan masyarakat missal dalam menanggapi tayangan televise, menggambarkan pesan yang mempengaruhi individu”[1]: a) Dengan menggunakan pesan-pesan yang direktif, para komuniokator dapat merubah kepercayaan, nilai, penghargaan dan perilaku orang. b) Pesan-pesan yang memelihara, mempertahankan pandangan orang: pesan itu tidak mengubah atau mengalihkan tetapi memperkuat. Dalam hal ini Kegiatan anak dalam menonton film kartun “Naruto” dapat menggambarkan pesan yang mempengaruhi individu sebagai khayalak missal dalam menanggapi tayangan televise. Dengan adanya tanyangan yang disampaikan secara direiktif melalui film kartun tersebut, secara langsung atau tak langsung akan memberikan suatu efek kepada penerima dalam masyarakat yang dapat merubah kepercayaan, nilai, pengharapan dan perilaku anak.
Menurut teori psikologi Freudahli psikoloanalisis dari Wina, yang menyatakan[2]: Mioral dalam diri manusia terbentuk karena pengaruh eksternal di luar dirinya. Pembentukan moral pada diri seseorang merupakan bagian pengaruh yang diterimanya dari lingkungan eksternal. Dengan demikian moral yang terbentuk karena adanya internalisasi nilai yang masuk ke dalam diri seseorang. Pembentukan tersebut bermula adanya sesuatu perilaku, pola fikir atau penilaian yang asing pada lingkungan eksternal manusia, yang sesuatu tersebut akan masuk atau ditangkap lambat laun hal itu akan membentuk suatu moral dalam diri yang dianggap sesuatu itu timbul atau berasal dalam kepribadiannya. Film kartun yang membrikan sesuatu realitas yang ada dan masuk secara berulang-ulang disadari atau tidak melakukan internalisasi dalam diri manusia. Melakukan kegiatan televise yang dilakukan anak-anak secara terus-menerus maka kemudian akan tertanam suatu penilaian dalam kesadaran moral diri individu manusia tersebut.
Media TV dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk hasil dari dramatisir secara audio visual dan unsur gerak atau live dalam waktu bersamaan (Broadcast). Pesan yang dihasilkan oleh TV dapat menyerupai benda atau objek yang sebenarnya menimbulkan kesan lain bahkan dapat menimbulkan pengaruh yang bersifat negative. Oleh karena itu media memiliki pengaruh besar terhadap tayangannya baik dalam merubah sikap dan perilaku anak-anak. Sementara itu persaingan di stasiun TV semakin ketat. Mereka lebih mengutamakan atau menyajikan acara-acara yang digemari penonton dengan harapan bahwa tanyangan tersebut mendapatlkan reting atau peringkat untuk mengetahui tayangan apa yang paling digemari. Kadang stasiun TV tidak memperhatikan dari segi negative yang diberikan oleh tayangan tersebut. Penonton televise sangatlah plural. Maka dari itu pula peranan orang tua dalam memperhatikan anak lebih perlu di tekankan dalam tontonanya.
[1] Rakhmat, Jalaludin. 1989. Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Media, Opini dan Periklanan
[2] Pengaruh psiologi yang terbentuk dalam diri manusia dapat dilihat lebih jelas pada: (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/30/0901.htm)

KORELASI ANTARA FREKUENSI MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN ”NARUTO” DI GLOBAL TV DENGAN PERILAKU ANAK

KORELASI ANTARA FREKUENSI MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN ”NARUTO” DI GLOBAL TV DENGAN PERILAKU ANAK

Oleh: Deka Pramana, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Pesertya mata kuliah Sosiologi Komunikasi
NIM: 20060530043, Klas:E. Dosen: Mas Fajar Junaedi, S. Sos, M. Si
Seperti yang telah kita ketahui kebutuhan kita terhadap media massa sngatlah besar. Dan media sudah menjadi bagian dari diri kita yang sangat berguna kebutuhannya. Media massa diibaratkan sebagai sayur tanpa garam di dunia ini, bagaimana tidak karena medialah yang membuat kita berpikir maju dan lebih dinamis dengan kehidupan kita. Di Indonesia sendiri banyak media massa yang masih bertahan dan maju dengan keadaan zaman, baik media lama maupun media baru. Media lama seperti pamlet, TV, Radio, Koran, Majalah dan media baru seperti Internet, WAP, TV satelit, dll. Kadang dengan munculnya media-media baru semakin tersingkirnya pula media-media yang lama. Walaupun demikian media lama lebih semakin cerdik untuk berkembang agar tetap menjadi
bagian dari kebutuhan kita.
Televisi adalah media massa lama yang menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia karena sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan control social serta adanya gambar dan suara secara bersamaan, cepat bahkan dapat disiarkan langsung/live dan semakin dekat dengan masyarakat. Sebagai media massa, tayangan televise memungkinkan ditonton anak-anak termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa, seperti tayangan sinetron tentang gaya pacaran anak muda dizaman sekarang. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak. Tayangan televise anak tidak akan dapat di pisahkan dengan film kartun. Karena genre film ini sangat popular di lingkungan mereka, bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang menyukai ini.
Film kartun masih sangat didominasi oleh produk film import. Tokoh seperti The simson, transformer, Dora, Tom and Jerry yang begitu akrab dikalangan anak-anak. Begitu pula dengan film kartun seperti Avantar, Doraemon, Dragon Ball, Sincan, Conan, Naruto dst yang sangat mendominasi tayangan televisi kita. Sayangnya dibalik keakraban tersebut tersembunyi adanya ancaman, terutama untuk kalangan anak-anak.
Jika kita perhatikan dalam film kartun yang bertemakan tentang kepahlawanan, seperti tayangan “Naruto” di Global TV yang dikepalai oleh Harita Sudibyo. Dalam penayangannya yang berceritakan tentang perkelahian antara tokoh utama dengan musuh-musuh yang lain. Ini tersirat bahwa kekerasan di balas dengan kekerasan, alasannya simple agar tokoh utamanya tidak dianggap lemah atau kalahan” kata orang jogja. Begitu pula dengan kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara-cara yang sama, seperti memukul, menendang, menusuk dengan pisau yang kerap sekali dengan mengeluarkan darah agar tayangan tersebut lebih terlihat sangar, bagus dan lebih menarik. Sedangkan dampak dari tayangan tersebut anak-anak sering berbuat, berfikir maupun berperilaku aneh, seperti berkelahi, pendendam, ngeyel dll. Seharusnya para orang tualah yang harus memperhatikan tayangan-tanyangan televise yang dianggap pantas untuk ditonoton atau pantas untuk di konsumsi oleh kalangan anak-anak yang masih sangat gampang terpengaruh oleh hal tersebut. Kadang kala orang tua lalai dalam memperhatikan tanyangan yang ditonoton, entah mereka sedang bekerja atau sedang pergi meninggalkan anak-anak mereka yang berada di rumah tanpa ada yang memperhatikan.
Menurut teori massanya Gerhart wiebe menyatakan” Tindakan masyarakat missal dalam menanggapi tayangan televise, menggambarkan pesan yang mempengaruhi individu”[1]: a) Dengan menggunakan pesan-pesan yang direktif, para komuniokator dapat merubah kepercayaan, nilai, penghargaan dan perilaku orang. b) Pesan-pesan yang memelihara, mempertahankan pandangan orang: pesan itu tidak mengubah atau mengalihkan tetapi memperkuat. Dalam hal ini Kegiatan anak dalam menonton film kartun “Naruto” dapat menggambarkan pesan yang mempengaruhi individu sebagai khayalak missal dalam menanggapi tayangan televise. Dengan adanya tanyangan yang disampaikan secara direiktif melalui film kartun tersebut, secara langsung atau tak langsung akan memberikan suatu efek kepada penerima dalam masyarakat yang dapat merubah kepercayaan, nilai, pengharapan dan perilaku anak.
Menurut teori psikologi Freudahli psikoloanalisis dari Wina, yang menyatakan[2]: Mioral dalam diri manusia terbentuk karena pengaruh eksternal di luar dirinya. Pembentukan moral pada diri seseorang merupakan bagian pengaruh yang diterimanya dari lingkungan eksternal. Dengan demikian moral yang terbentuk karena adanya internalisasi nilai yang masuk ke dalam diri seseorang. Pembentukan tersebut bermula adanya sesuatu perilaku, pola fikir atau penilaian yang asing pada lingkungan eksternal manusia, yang sesuatu tersebut akan masuk atau ditangkap lambat laun hal itu akan membentuk suatu moral dalam diri yang dianggap sesuatu itu timbul atau berasal dalam kepribadiannya. Film kartun yang membrikan sesuatu realitas yang ada dan masuk secara berulang-ulang disadari atau tidak melakukan internalisasi dalam diri manusia. Melakukan kegiatan televise yang dilakukan anak-anak secara terus-menerus maka kemudian akan tertanam suatu penilaian dalam kesadaran moral diri individu manusia tersebut.
Media TV dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk hasil dari dramatisir secara audio visual dan unsur gerak atau live dalam waktu bersamaan (Broadcast). Pesan yang dihasilkan oleh TV dapat menyerupai benda atau objek yang sebenarnya menimbulkan kesan lain bahkan dapat menimbulkan pengaruh yang bersifat negative. Oleh karena itu media memiliki pengaruh besar terhadap tayangannya baik dalam merubah sikap dan perilaku anak-anak. Sementara itu persaingan di stasiun TV semakin ketat. Mereka lebih mengutamakan atau menyajikan acara-acara yang digemari penonton dengan harapan bahwa tanyangan tersebut mendapatlkan reting atau peringkat untuk mengetahui tayangan apa yang paling digemari. Kadang stasiun TV tidak memperhatikan dari segi negative yang diberikan oleh tayangan tersebut. Penonton televise sangatlah plural. Maka dari itu pula peranan orang tua dalam memperhatikan anak lebih perlu di tekankan dalam tontonanya.
[1] Rakhmat, Jalaludin. 1989. Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Media, Opini dan Periklanan
[2] Pengaruh psiologi yang terbentuk dalam diri manusia dapat dilihat lebih jelas pada: (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/30/0901.htm)